Minggu, 28 Juni 2009
Serius, gak main-main soal terjadinya unwanted things today pas kami berlima lagi jalan dalam rangka reunion kecil-kecilan. Mumpung Yuthi lagi ada di Makassar. Yang nge-Event Orginezer-in ni acara tu Melisa, terus yang tour guide-nya si Tika, terus Sri jadi supir, Yuthi be the guest, sedangkan saya?? Terima jadi....hehe^_^...namanya juga Putri Agung.
The first thing yang kita lakukan adalah ketemuan di rumahku, lalu makai 2 mobil (bayangkan, betapa MAMPUnya kami –sombooong,,sooomboong-, sampe boros segitunya) kami berangkat jemput Tika. Saya ikut Yaris hitam Sri dan Tika ikut Avanza (klo nggak salah Avanza) punya Melisa.
And then jemput Yuthi di MGH (Sumpah!!!!! Baru tau nih saya ternyata MGH itu Makassar Golden Hotel yang ada di Pantai Losari itu, tempatku kemaren makan malam dengan pegawai Telkom, masih dipertanyakan nih saya orang Makassar bukan!?!).
Setelah beberapa menit ngobrol di kamar Yuthi nomor 211 (eh, sekali lagi kalo nggak salah, ingatanku jelek soalnya), kami memutuskan pergi nonton di MP.
Hehe....sesaat sebelum saya dengan Sri masuk MGH, sempat agak nyindir. Sejauh ini kita ke Pantai Losari pake 2 mobil, nebaknya kita bakal kembali ke Pettarani untuk jalan di MP, dari Pettarani ke Pantai ke Pettarani lagi. Ternyatah......firasat kami berdua betul !!!,,anak muda jaman sekarang, tukang boros terhebat!!
Karena memperhitungkan masalah borosnya dan begitu lambatnya si Melisa bawa mobil (kata Tika ma Sri, Melis lambat!!! saya mah udah biasa, Wong kalo maceku bawa Cupu-Ku itu pake kecepatan 20, siapa yang jadi nggak biasa?!), maka diputuskan kita jalannya hanya pake mobil Sri.
Pas di antara Karebosi – MTC (nggak tau nama jalannya, waah...betul-betul mmepertanyakan statusku sebagai orang Makassar), walaupun kesiyan saya nda tau nama jalannya, dulu pas bimbel di JILC cokro, jalan di situ udah hapal di luar kepala, saya bilang ma Sri.... ”Teruuss saja lewat jalan Urip” ...tapi nggak didengar, Srinya malah belok mutusin pake jalan apa lagi namanya...emm...Loading....kupikir dulu....ah...sudahlah, pokoknya depan RS Plamonia tempat Devi pernah dioperasi.
Weleh-weleh, jalan itu mah saya sama sekali buta...jadi yaa diam aja kalo Sri tanya ”bisa lewat sini nda?” ato ”eh...nda ada tanda larang toh??” ato..”habis ini lewat sini mo di’??”.
Terus the unwanted thing pertama happen di sini, pas belokan ke Jalan Landak ada tanda larang tapi tulisnya kecuali hari Minggu, jelas-jelas ini Hari Sabtu jadi gak tau tuh apa di kepalanya Sri plus Tika –jangan lupa, dia berperan langsung dalam keputusan Sri untuk belok-. Sri tanya ”bisa lewat sini??” ke saya, saya belum Processing tuh pertanyaan di otak, ni anak langsung main nyambar belok (yaiyyalah gak bisa kuproses di otakku, bagaimana mau diproses?? Jeda antara pas dia nanya dengan banting setirnya itu sepersekian milidetik!!! Otakku masih normal nah), pas tuh mobil itam belok, baru si Melisa bilang ”ini hari Minggu nah, bukan Sabtu”...yaelah sekalian tahun depan baru bilang, Mel !!
Kejadian deh, si Cowok Matre!!! Cowok Matre!!! Langsung muncul entah dari mana, munculnya seketika ‘zeeepppp!!!’, dan dengan anggunnya ia melambai menyuruh Sang Supir meminggir.
Setelah menahan STNK juga SIM Sri dan setelah Sri mutar mobilnya di tempat Wash Car, Here We Are!!! Sedang mencoba negosiasi dengan Pak Polisi kita. Ia memulai dengan menjelaskan. ”Lihat tanda larangnya tidak, De’?? kan tertulis di situ dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore dilarang lewat sini kecuali Hari Minggu”. Setelah Sri bilang ia lupa ini hari Sabtu, Pak Polisi melanjutkan dengan penjelasan Sidang-sidangan ”nanti saya akan kirim ke ..... bla-bla-bla, untuk kemudian diproses lalu akan disidang di.....bla-bla-bla!!”.
Lalu Sri dengan polosnya bilang ”Saya nda mau disidang!”, yaa dengan Sok Polosnya dijawab ma Pak Polisi, ”kalo ade nda mau disidang, kita bisa bicarakan...” yee....ujungnya dah kelihatan nih maksudnyah!.
Kami ber5 diberi kesempatan berunding. Tika langsung dengan sigap mengeluarkan uang 10 ribu perak ”10 ribu mo...”. Pas tu duit mo dikasih ke Pak Polisi, dengan sekali lagi Sok Polosnya dia bilang taruh saja di bawah alas tempat duduk yang sempat beberapa menit yang lalu didudukinya. Tepat beberapa detik after Sri naruh tuh uang, kami langsung bilang Terima Kasih secepat mungkin dan ambil langkah seribu secepat mungkin. Kabuuurrr!!!
Yuthi di mobil bilang, ”Polisi itu termasuk baik banget, kalo di Bandung ribetnya bukan main. Kita beruntung!”. Iya sih....10 ribu doang??? Pasti di belakang dia celoteh. Biasanya’kan main 50 ribu paling sedikit. Saya Cuma bisa lanjut ”apa kubilang, lewat Urip mo!!, bersi keras lewat sini sih”. Alhasil...kami mutar di Pasar Pabaeng-baeng, takut ambil jalan pintas...takutnya tanda larang lagi. Sudaaahhh!!! Yang penting dah lewaaattt..
Posisi dah di antrian Bioskop nih, kami ambil jam 13.45 Studio 2 ’Garuda di Dadaku’. Setelah sholat + beli minuman di Hypermart, kami langsung kembali ke TO dan masuk di Studio 2 yang ada tepat di depan pintu masuk TO. Pas masuk.....waaah..isi kursinya dipenuhi anak-anak sekitaran 15 tahun ke bawah. Ternyata bocah-bocah kecil inilah yang berhasil merebut kursi, sehingga kami harus duduk di........
"barisan N????? Barisan paling depan??? Yang langsung kontak mata dengan Layar??" setengah berteriak ku mengeluh pada yang lain. Karena sibuk mengeluh, betapa bodohnya aku.....mereka merebut posisi-posisi ternyaman. Saya dapat N-1, sudah paling depan, paling ujung lagi. Kasiyan banget gue!! Pas nonton, ni badan harus mau ubah posisi berkali-kali supaya setidaknya bantu sang kepala nyaman menengadah ke layar. Dalam hati sempat sekejap mengutuk tu bocah-bocah di atasku Unwanted thing number 2!!.
Akhirnya selesai juga penderitaan mataku yang sudah agak perih. Setelah selesai nonton, kami memutuskan makan di luar. Si Yuthi katanya kepengen berat makan Mi Titi, soalnya di Bandung makanan khas Makassar kayak Coto, Konro dan juga Mi Titi ini harganya selangit dengan porsi kecil. Makanya target pertamanya tiba di Makassar itu makanan khas Makassar. Dan Check....kami sudah memenuhi keinginannya itu dengan makan Mi Titi di Boulevard, syukurlah!!
Kembali ke MGH, tapi turun dari mobil kami jalan-jalan dulu di Pantai (gak Mau mengakhiri hari ini dengan cepat). Awalnya sih cuma foto-foto di bagian sisi pantai dekat MGH, lama-kelamaan si Sri pengen foto di anjungan...jalan deh kita ke sana. Eh..belom sampai di anjungan, Si Tika pake munculin keinginan baru pengen makan Pisang epe. Ya singgah makan pisang epe dulu + foto-foto di situ.
Kemudian, setelah saya dan Sri selesai menunaikan kewajiban Sholat Ashar kami, kami lanjut perjalanan ke anjungan. Waah...ternyata pas tiba di anjungan, mataharinya sudah mau turun. Cantiiikkkk sekali warnanya, sangat sayang kalo kita gak abadikan. Jadi dengan PEDEnya kami foto di tengah keramaian orang (saat itu benar-benar ramai lho, mungkin karena dah musim liburan panjang).
Unwanted thing number 3, pas saya dengan Sri difoto, seseorang menarik-narik kami dari bawah. Saya dengan Sri menoleh ke bawah dan anak kecil (kecil sekali, kira-kira baru usia 4 atau 5 tahunan) melentangkan tangannya bermaksud meminta-minta.
Kirain Cuma pengemis biasa, jadi kami bilang ”enggak ada!” juga dengan biasa, soalnya anak itu terlihat diberi perintah sama anak lain (saya pribadi suka ilang feeling berat kalo lihat yang seperti itu, terlatih tuh wajah memelasnya). Tapi lama-kelamaan kami mulai nggak nyaman, soalnya dianya mulai agak maksa dengan mearik-narik tas kami. Ya udah, Sri yang ketakutan setengah mati –berhubung tangannya yang paling sering ditarik- secara spontan menarik kami untuk pulang.
Pikirku kalo kami dah beranjak pulang, anak kecil itu mo nyerah. Ternyata, saudara-saudara! Kami diikuti sampai tempat parkir. Terus diikuti, ya kami hanya bisa lari secepat mungkin sambil tertawa risih, habis anaknya aneh. Sangking paniknya, Tika ditinggalkan. (betul-betul kesetiakawanann diuji di sini, dan kami gagal ujian! Hehe....sekarang mah silahkan melindungi diri sendiri). Nggak Cuma ngejar kami, tu anak pake nambah aktingnya dengan menangis keraass....waah...siapa yang nggak panik!!
Cukup!!! Kami pulang!!!
Tiba di Hotelnya Yuthi, di kamarnya teman-teman kakaknya pada banyak. Jadi kami mutusin nunggu di loby. Di loby, kamera digital Yuthi udah ada di tangan, dari pada nunggu lama nggak jelas, yaaa....kami foto-foto deh. Pas foto-foto, memang sih kita agak banyak tingkah, vas bunga ditaruh di bawah meja lah ato saya yang mau buka pianonya. Ditambah lagi kami cukup lama foto-fotonya.
Unwanted thing number 4!! Ternyata tanpa kami sadari selain CCTV di atas kepalaku, ada yang lain yang sedang mengintai kami. Busted!! The Recepcionist!!. Setelah mereka berbisik-bisik dengan seorang OB cowok, OB cowok itu langsung melangkah ke arah kami dan bertanya "Maaf, mungkin mba sedang menunggu tamu atau hanya duduk-duduk di sini??" tanyanya dengan sopan –saya akui sopan, tapi entah kenapa ada aura menyindir yang kental-. Berhubung cuma tamunya Yuthi, kami diam. Tapi Yuthi yang angkat bicara ”Lagi nunggu kakak, soalnya di kamar lagi banyak tamunya”.
Setelah ’ooo’ yang agak tidak kusuka muncul dari sang OB, ia beranjak pergi. Beberapa menit kemudian, OB cewek yang datang ”Permisi, ibu! Mungkin mau mesan minum sambil nunggu??” tanyanya. Yuthi menolak dengan halus. Buseett!!! Setua apakah kami sampai dipanggil ibu??? Walaupun caranya sopan, tapi bagaimanapun juga mereka terus natap sinis ke arah kami, benar-benar sukses ngusir kami secara halus. Yaa...jadi malas berlama-lamaan di Loby itu (hiks...padahal pencahayaannya bagus untuk foto-foto). Nah....setelah ambil oleh-oleh kami dari Yuthi di kamarnya, kamipun pulang.
Dalam perjalanan pulang pisah dengan Sri (Soalnya ikut mobil Melisa), nothing unwanted thing yang terjadi....hehe...syukurlah!!! Tapi harus kami akui... unwanted thing-unwanted thing itu yang kemudian jadi sentuhan di acara kami hari ini, nggak ada yang seru diketawain bareng’kan kalo nggak ada unwanted thing itu.
Acara ini jadi moment yang unforgettable karenanya. >_<
Nb : Oh...ya! selama perjalanan pulang dari anjungan ke MGH, sempat foto-foto sedikit membelakangi matahari yang mulai turun, mulai menyentuh garis pantai. Saat itu, teringat kakak itu.....yang begitu suka dengan Sunset, ia begitu bahagia kalau menceritakan warna abu-abu jingga langit saat matahari sedang tenggelam. Dan sekarang setelah kusaksikan sendiri karya Yang Maha Kuasa itu, harus kuakui....memang begitu manis!!!
The first thing yang kita lakukan adalah ketemuan di rumahku, lalu makai 2 mobil (bayangkan, betapa MAMPUnya kami –sombooong,,sooomboong-, sampe boros segitunya) kami berangkat jemput Tika. Saya ikut Yaris hitam Sri dan Tika ikut Avanza (klo nggak salah Avanza) punya Melisa.
And then jemput Yuthi di MGH (Sumpah!!!!! Baru tau nih saya ternyata MGH itu Makassar Golden Hotel yang ada di Pantai Losari itu, tempatku kemaren makan malam dengan pegawai Telkom, masih dipertanyakan nih saya orang Makassar bukan!?!).
Setelah beberapa menit ngobrol di kamar Yuthi nomor 211 (eh, sekali lagi kalo nggak salah, ingatanku jelek soalnya), kami memutuskan pergi nonton di MP.
Hehe....sesaat sebelum saya dengan Sri masuk MGH, sempat agak nyindir. Sejauh ini kita ke Pantai Losari pake 2 mobil, nebaknya kita bakal kembali ke Pettarani untuk jalan di MP, dari Pettarani ke Pantai ke Pettarani lagi. Ternyatah......firasat kami berdua betul !!!,,anak muda jaman sekarang, tukang boros terhebat!!
Karena memperhitungkan masalah borosnya dan begitu lambatnya si Melisa bawa mobil (kata Tika ma Sri, Melis lambat!!! saya mah udah biasa, Wong kalo maceku bawa Cupu-Ku itu pake kecepatan 20, siapa yang jadi nggak biasa?!), maka diputuskan kita jalannya hanya pake mobil Sri.
Pas di antara Karebosi – MTC (nggak tau nama jalannya, waah...betul-betul mmepertanyakan statusku sebagai orang Makassar), walaupun kesiyan saya nda tau nama jalannya, dulu pas bimbel di JILC cokro, jalan di situ udah hapal di luar kepala, saya bilang ma Sri.... ”Teruuss saja lewat jalan Urip” ...tapi nggak didengar, Srinya malah belok mutusin pake jalan apa lagi namanya...emm...Loading....kupikir dulu....ah...sudahlah, pokoknya depan RS Plamonia tempat Devi pernah dioperasi.
Weleh-weleh, jalan itu mah saya sama sekali buta...jadi yaa diam aja kalo Sri tanya ”bisa lewat sini nda?” ato ”eh...nda ada tanda larang toh??” ato..”habis ini lewat sini mo di’??”.
Terus the unwanted thing pertama happen di sini, pas belokan ke Jalan Landak ada tanda larang tapi tulisnya kecuali hari Minggu, jelas-jelas ini Hari Sabtu jadi gak tau tuh apa di kepalanya Sri plus Tika –jangan lupa, dia berperan langsung dalam keputusan Sri untuk belok-. Sri tanya ”bisa lewat sini??” ke saya, saya belum Processing tuh pertanyaan di otak, ni anak langsung main nyambar belok (yaiyyalah gak bisa kuproses di otakku, bagaimana mau diproses?? Jeda antara pas dia nanya dengan banting setirnya itu sepersekian milidetik!!! Otakku masih normal nah), pas tuh mobil itam belok, baru si Melisa bilang ”ini hari Minggu nah, bukan Sabtu”...yaelah sekalian tahun depan baru bilang, Mel !!
Kejadian deh, si Cowok Matre!!! Cowok Matre!!! Langsung muncul entah dari mana, munculnya seketika ‘zeeepppp!!!’, dan dengan anggunnya ia melambai menyuruh Sang Supir meminggir.
Setelah menahan STNK juga SIM Sri dan setelah Sri mutar mobilnya di tempat Wash Car, Here We Are!!! Sedang mencoba negosiasi dengan Pak Polisi kita. Ia memulai dengan menjelaskan. ”Lihat tanda larangnya tidak, De’?? kan tertulis di situ dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore dilarang lewat sini kecuali Hari Minggu”. Setelah Sri bilang ia lupa ini hari Sabtu, Pak Polisi melanjutkan dengan penjelasan Sidang-sidangan ”nanti saya akan kirim ke ..... bla-bla-bla, untuk kemudian diproses lalu akan disidang di.....bla-bla-bla!!”.
Lalu Sri dengan polosnya bilang ”Saya nda mau disidang!”, yaa dengan Sok Polosnya dijawab ma Pak Polisi, ”kalo ade nda mau disidang, kita bisa bicarakan...” yee....ujungnya dah kelihatan nih maksudnyah!.
Kami ber5 diberi kesempatan berunding. Tika langsung dengan sigap mengeluarkan uang 10 ribu perak ”10 ribu mo...”. Pas tu duit mo dikasih ke Pak Polisi, dengan sekali lagi Sok Polosnya dia bilang taruh saja di bawah alas tempat duduk yang sempat beberapa menit yang lalu didudukinya. Tepat beberapa detik after Sri naruh tuh uang, kami langsung bilang Terima Kasih secepat mungkin dan ambil langkah seribu secepat mungkin. Kabuuurrr!!!
Yuthi di mobil bilang, ”Polisi itu termasuk baik banget, kalo di Bandung ribetnya bukan main. Kita beruntung!”. Iya sih....10 ribu doang??? Pasti di belakang dia celoteh. Biasanya’kan main 50 ribu paling sedikit. Saya Cuma bisa lanjut ”apa kubilang, lewat Urip mo!!, bersi keras lewat sini sih”. Alhasil...kami mutar di Pasar Pabaeng-baeng, takut ambil jalan pintas...takutnya tanda larang lagi. Sudaaahhh!!! Yang penting dah lewaaattt..
Posisi dah di antrian Bioskop nih, kami ambil jam 13.45 Studio 2 ’Garuda di Dadaku’. Setelah sholat + beli minuman di Hypermart, kami langsung kembali ke TO dan masuk di Studio 2 yang ada tepat di depan pintu masuk TO. Pas masuk.....waaah..isi kursinya dipenuhi anak-anak sekitaran 15 tahun ke bawah. Ternyata bocah-bocah kecil inilah yang berhasil merebut kursi, sehingga kami harus duduk di........
"barisan N????? Barisan paling depan??? Yang langsung kontak mata dengan Layar??" setengah berteriak ku mengeluh pada yang lain. Karena sibuk mengeluh, betapa bodohnya aku.....mereka merebut posisi-posisi ternyaman. Saya dapat N-1, sudah paling depan, paling ujung lagi. Kasiyan banget gue!! Pas nonton, ni badan harus mau ubah posisi berkali-kali supaya setidaknya bantu sang kepala nyaman menengadah ke layar. Dalam hati sempat sekejap mengutuk tu bocah-bocah di atasku Unwanted thing number 2!!.
Akhirnya selesai juga penderitaan mataku yang sudah agak perih. Setelah selesai nonton, kami memutuskan makan di luar. Si Yuthi katanya kepengen berat makan Mi Titi, soalnya di Bandung makanan khas Makassar kayak Coto, Konro dan juga Mi Titi ini harganya selangit dengan porsi kecil. Makanya target pertamanya tiba di Makassar itu makanan khas Makassar. Dan Check....kami sudah memenuhi keinginannya itu dengan makan Mi Titi di Boulevard, syukurlah!!
Kembali ke MGH, tapi turun dari mobil kami jalan-jalan dulu di Pantai (gak Mau mengakhiri hari ini dengan cepat). Awalnya sih cuma foto-foto di bagian sisi pantai dekat MGH, lama-kelamaan si Sri pengen foto di anjungan...jalan deh kita ke sana. Eh..belom sampai di anjungan, Si Tika pake munculin keinginan baru pengen makan Pisang epe. Ya singgah makan pisang epe dulu + foto-foto di situ.
Kemudian, setelah saya dan Sri selesai menunaikan kewajiban Sholat Ashar kami, kami lanjut perjalanan ke anjungan. Waah...ternyata pas tiba di anjungan, mataharinya sudah mau turun. Cantiiikkkk sekali warnanya, sangat sayang kalo kita gak abadikan. Jadi dengan PEDEnya kami foto di tengah keramaian orang (saat itu benar-benar ramai lho, mungkin karena dah musim liburan panjang).
Unwanted thing number 3, pas saya dengan Sri difoto, seseorang menarik-narik kami dari bawah. Saya dengan Sri menoleh ke bawah dan anak kecil (kecil sekali, kira-kira baru usia 4 atau 5 tahunan) melentangkan tangannya bermaksud meminta-minta.
Kirain Cuma pengemis biasa, jadi kami bilang ”enggak ada!” juga dengan biasa, soalnya anak itu terlihat diberi perintah sama anak lain (saya pribadi suka ilang feeling berat kalo lihat yang seperti itu, terlatih tuh wajah memelasnya). Tapi lama-kelamaan kami mulai nggak nyaman, soalnya dianya mulai agak maksa dengan mearik-narik tas kami. Ya udah, Sri yang ketakutan setengah mati –berhubung tangannya yang paling sering ditarik- secara spontan menarik kami untuk pulang.
Pikirku kalo kami dah beranjak pulang, anak kecil itu mo nyerah. Ternyata, saudara-saudara! Kami diikuti sampai tempat parkir. Terus diikuti, ya kami hanya bisa lari secepat mungkin sambil tertawa risih, habis anaknya aneh. Sangking paniknya, Tika ditinggalkan. (betul-betul kesetiakawanann diuji di sini, dan kami gagal ujian! Hehe....sekarang mah silahkan melindungi diri sendiri). Nggak Cuma ngejar kami, tu anak pake nambah aktingnya dengan menangis keraass....waah...siapa yang nggak panik!!
Cukup!!! Kami pulang!!!
Tiba di Hotelnya Yuthi, di kamarnya teman-teman kakaknya pada banyak. Jadi kami mutusin nunggu di loby. Di loby, kamera digital Yuthi udah ada di tangan, dari pada nunggu lama nggak jelas, yaaa....kami foto-foto deh. Pas foto-foto, memang sih kita agak banyak tingkah, vas bunga ditaruh di bawah meja lah ato saya yang mau buka pianonya. Ditambah lagi kami cukup lama foto-fotonya.
Unwanted thing number 4!! Ternyata tanpa kami sadari selain CCTV di atas kepalaku, ada yang lain yang sedang mengintai kami. Busted!! The Recepcionist!!. Setelah mereka berbisik-bisik dengan seorang OB cowok, OB cowok itu langsung melangkah ke arah kami dan bertanya "Maaf, mungkin mba sedang menunggu tamu atau hanya duduk-duduk di sini??" tanyanya dengan sopan –saya akui sopan, tapi entah kenapa ada aura menyindir yang kental-. Berhubung cuma tamunya Yuthi, kami diam. Tapi Yuthi yang angkat bicara ”Lagi nunggu kakak, soalnya di kamar lagi banyak tamunya”.
Setelah ’ooo’ yang agak tidak kusuka muncul dari sang OB, ia beranjak pergi. Beberapa menit kemudian, OB cewek yang datang ”Permisi, ibu! Mungkin mau mesan minum sambil nunggu??” tanyanya. Yuthi menolak dengan halus. Buseett!!! Setua apakah kami sampai dipanggil ibu??? Walaupun caranya sopan, tapi bagaimanapun juga mereka terus natap sinis ke arah kami, benar-benar sukses ngusir kami secara halus. Yaa...jadi malas berlama-lamaan di Loby itu (hiks...padahal pencahayaannya bagus untuk foto-foto). Nah....setelah ambil oleh-oleh kami dari Yuthi di kamarnya, kamipun pulang.
Dalam perjalanan pulang pisah dengan Sri (Soalnya ikut mobil Melisa), nothing unwanted thing yang terjadi....hehe...syukurlah!!! Tapi harus kami akui... unwanted thing-unwanted thing itu yang kemudian jadi sentuhan di acara kami hari ini, nggak ada yang seru diketawain bareng’kan kalo nggak ada unwanted thing itu.
Acara ini jadi moment yang unforgettable karenanya. >_<
Nb : Oh...ya! selama perjalanan pulang dari anjungan ke MGH, sempat foto-foto sedikit membelakangi matahari yang mulai turun, mulai menyentuh garis pantai. Saat itu, teringat kakak itu.....yang begitu suka dengan Sunset, ia begitu bahagia kalau menceritakan warna abu-abu jingga langit saat matahari sedang tenggelam. Dan sekarang setelah kusaksikan sendiri karya Yang Maha Kuasa itu, harus kuakui....memang begitu manis!!!
Labels: My Moment
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)